My Name is...


CCTV Solo

Kamis, 09 Juni 2011

Exposure Triangle – Apperture Shutter Speed & ISO

Exposure yang tepat adalah salah satu kunci foto yang sempurna, selain aspek art seperti komposisi, color tone, dll. Menyempurnakan exposure sudah menjadi tantangan tersendiri sejak fotografi mulai ada. Ansel Adams & Fred Archer bahkan menciptakan zone system untuk membantu menentukan exposure yang tepat.
Exposure sebenarnya susah – susah gampang. Dibilang gampang karena sejak dulu dipengaruhi hanya oleh 3 komponen : Apperture, Shutter speed & ISO. Tapi menyeimbangkan ketiganya sehingga menghasilkan exposure yang tepatlah yang menjadi tantangan.

exposure triangle copyright lrg1 Exposure Triangle   Apperture Shutter Speed & ISO
The exposure triangle - courtesy of : http://www.photographyreal.com/i-choose-a-shutter-speed-by-ableh-photography/

Gambar diatas merupakan summary dari ketiga komponen exposure. Komponen yang pertama (dan juga biasanya yang di set pertama kali) adalah ISO. ISO menyatakan tingkat sensitifitas dari sensor DSLR. Apabila angkanya makin tinggi maka sensor akan makin sensitif. Dengan tingkat sensitifitas yang tinggi maka kita hanya membutuhkan shutter speed yang cepat, atau apperture yang sempit untuk exposure yang sama.
canon 1d mark4 cmos sensor design Exposure Triangle   Apperture Shutter Speed & ISO
Canon 1D Mark IV Sensor - courtesy of : http://www.photoradar.com/files/articles/news/november2009/canon-1d-mark4-cmos-sensor-design.jpg

Tapi peningkatan sensitifitas ini harus dibayar dengan meningkatnya noise dan (sedikit banyak) menurunnya keindahan tonal warna pada foto. Tentunya performance tiap kamera berbeda. Ada kamera yang sudah keliatan jelek sekali pada ISO 400, ada pula yang masih bersih bahkan pada ISO 1600. Oleh karena dampaknya maka parameter ini biasanya di setting pertama kali, biasanya ke tingkat terendah, misalnya ISO 100. Lalu apabila parameter lainnya masih sesuai kebutuhan maka ISO tidak diubah-ubah.
Parameter kedua yang disetting biasanya adalah Apperture. Pada mode Apperture Priority (Av – yang merupakan mode paling banyak digunakan) maka parameter ini kita kontrol sesuai kebutuhan.
500px Aperture diagram svg Exposure Triangle   Apperture Shutter Speed & ISO
Ilustrasi Apperture - courtesy of : http://en.wikipedia.org/

Apabila kita ingin memperoleh depth-of-field yang luas (semua yang ada di foto nampak tajam, digunakan umumnya untuk landscape & architecture photography) maka kita menggunakan apperture besar / bukaan sempit, misalnya f16. Sedangkan apabila kita ingin melakukan pemotretan human interest dimana kita ingin ‘mengaburkan’ background dan menciptakan bokeh yang halus maka salah satu komponen yang dibutuhkan adalah apperture kecil / bukaan lebar, misalnya f2.8.
Parameter ketiga yang umumnya merupakan hasil dari metering adalah shutter speed. Dengan shutter speed yang makin cepat maka jumlah cahaya yang masuk mengenai sensor tentunya lebih sedikit, tapi juga memungkinkan kita untuk membekukan gerakan. Sedangkan shutter speed yang lama memberikan efek gerak, misalnya digunakan untuk pemotretan light trail atau air terjun.
shutter 2 Exposure Triangle   Apperture Shutter Speed & ISO
Light trail photo menggunakan long shutter speed - courtesy of : http://www.homephotog.com/tutorials/shutter-speed.shtml

Agar foto tetap tajam maka shutter speed yang dibutuhkan paling tidak 1/125 secs atau 1/(focal length x crop factor). Oleh sebab itu apabila hasil metering menunjukkan shutter speed yang dibutuhkan kurang dari 2 batasan diatas, maka kita perlu mengubah ISO atau Apperture yang sudah kita pilih, tergantung mana yang lebih sesuai. Hal ini agak berbeda kalau lensa yang kita gunakan memiliki Image Stabilizer yang memungkinkan kita menggunakan shutter speed yang lebih lambat.
—————————
Jadi misalnya kita ingin memotret pemandangan alam tanpa menggunakan lensa dengan image stabilizer dan tripod. Maka langkah pertama yang kita ambil adalah mensetting ISO ke 100, untuk meminimalkan noise. Untuk apperture awalnya misalnya kita menggunakan f16 untuk memaksimalkan depth-of-field. Focal length yang kita gunakan di DSLR dengan crop factor 1.6x adalah 35mm.
Focal length x crop factor = 35 x 1.6 = 56. Oleh karena 1/56 (dibulatkan kebawah menjadi 1/40 secs) masih lebih lambat di bandingkan 1/125 secs, maka kita menggunakan patokan bahwa shutter speed yang dibutuhkan adalah minimal 1/125 secs.
Menggunakan built-in metering misalnya kita memperoleh shutter speed sebesar 1/30 secs. Artinya jauh lebih rendah dibandingkan batas minimal yang kita butuhkan. Antara 1/30 dan 1/125 secs berbeda 2 stop.
Oleh karena untuk mendapatkan depth-of-field di DLSR dengan crop factor 1.6x tidak membutuhkan bukaan yang sangat sempit maka untuk meningkatkan shutter speed sebesar 2 stop kita memiliki beberapa pilihan :
  • Tetap menggunakan ISO 100 tapi menurunkan apperture sebanyak 2 stop menjadi f8
  • Menurunkan apperture 1 stop saja menjadi f11, akan tetapi menaikkan ISO 1 stop menjadi ISO 200
Pilihan mana yang dipilih? Tergantung kebutuhan kita icon smile Exposure Triangle   Apperture Shutter Speed & ISO
MOTO YUK !!!

0 komentar:

Posting Komentar